Powered By Blogger

Rabu, 20 Mei 2015

Pekerjaan dan Waktu Luang




Minggu ke-12

Pengertian waktu luang menurut beberapa pendapat :
1.     Rabiltuz berpendapat bahwa waktu luang adalah waktu yang tersisa dari pekerjaan yang diharuskan atau sisa waktu belajar, atau waktu untuk melaksanakan kewajiban sehari-hari.
2.     Negara-negara barat mendefinisikan waktu luang adalah waktu bebas yang tersisa dari 24 jam setelah dikurangi untuk kegiatan penting sehari-hari termasuk tidur. Orang-orang mengisi waktu tersebut dengan kegiatan santai sesuai dengan keinginan.
3.     Muhammad Adil Khitab bebas yang oleh seseorang diisi sesuai dengan kegiatan yang dikehendakinya.

A.    Mengubah sikap Terhadap pekerjaan.
Nilai pekerjaan adalah bahwa nilai dari apa yang kita kerjakan sebenarnya sangat bergantung kepada cara berpikir kita terhadap pekerjaan itu. Sekecil apapun pekerjaan yang kita lakukan, jika kita memahami bahwa pekerjaan itu adalah bagian dari sebuah perencanaan besar, atau bahwa pekerjaan itu adalah proses menuju terwujudnya sesuatu yang besar, maka tidak akan ada lagi perasaan kecil dalam hati kita ketika mengerjakan pekerjaan itu.

1.1  Apa yang dicari dalam pekerjaan
Yang dicari dalam pekerjaan adalah dimana bagian dari sebuah perencanaan besar atau bahwa pekerjaan itu menuju proses terwujudnya suatu yang besar. Tapi Daniel Yankelovich menemukan sebuah consensus yang berharga dari jawaban atas pertanyaan yang menyilang terhadap para pekerja termasuk kerah-bur dan kerah-putih dan para professional.
Dua frekuensi tertinggi memberikan respon “ kerja itu menarik” dan memiliki “ rekan kerja yang ramah tamah” dengan masing-masing responden memberikan 70% pendapat dari pada pekerja. Di ikuti dengan 2 tambahan jawaban dalam melakukan pekerjaan yang berarti disebut sebagai “kesempatan untuk menggunakan pikiran anda” dan “ hasil kerja yang anda bisa lihat”- memberikan 65-62% dari masing-masing pendapat para pekerja. Sementara upah yang bagus berada di urutan ke-5 dari peringkat “ yang diberikan oleh 62% pekerja). Pekerja berkerah-biru member banyak tekanan pada uang.

2.1  Psikologi dalam pekerjaan
Fungsi psikologinya yaitu : Meskipun apa kata orang tentang memiliki peranan untuk hidup. Itu mungkin jelas sekarang bahwa setiap orang bekerja keras untuk uangnya sendiri. Survei membuktikan kebanyakan orang akan melanjutkan pekerjaanya bahkan jika mereka memiliki cukup uang untuk hidup nyaman seumur hidupnya (Renwick&Lawler,1978). Kenyataanya adalah bekerja itu meenuhi kebutuhan psikologis dan social yang penting. Rasa pemenuhan pribadi, orang membutuhkan perasaan kalau mereka tumbuh, mempelajarai keahlian baru, dan mencapai sesuatu yang berharga ketika perasaan ini kurang, mereka mungkin pindah ke pekerjaan yang menjanjikan pencapaian yang lebih atau hasil yang jelas.

2. Proses Dalam Memilih Pekerjaan.
a)   Tahap pertama adalah pada umur 15 - 22 tahun: Pada tahap ini, seseorang umumnya memilih jurusan, yang menurutnya baik dan ia sukes. Seseorang memilih jurusan tertentu oleh karena masalah imej jurusan tersebut- ini adalah salah satu faktor. Bisa juga memilih jurusan tertentu karena rekomendasi orang tua dan sisi ekonomi atau peluang kerja. Beragam alasan orang memilih jurusan tertentu di sekolah atau kampus.
b)   Tahap kedua adalah pada umur 22 - 30 tahun: Pada fase ini, orang memilih karir sesuai dengan jurusan yang ia pelajari di kampus. Ia tertarik dengan pekerjaan barunya dan mulai menekuni apa yang ia pilih. Ini biasanya bisa terjadi sampai umur 30 tahun. Ada gairah terhadap pekerjaan apalagi kalau di perusahaan tempat ia bekerja ada suasana kondusif ditambah dengan jenjang karier yang jelas.
c)   Tahap ketiga adalah pada umur 30 - 38 tahun: Bila seseorang menekuni pekerjaannya pada fase kedua, kinerjanya akan semakin baik pada phase ini. Kinerjanya umumnya di atas rata-rata. Gairah kerja semakin bertambah. Ia mungkin mencapai posisi manager dalam sebuah perusahaan pada phase ini. Karir semakin mantap dan bisa sampai menduduki posisi Vice President. Ini tergantung berapa bagus kinerjanya dan berapa baik budaya korporasi di perusahaan.
d)   Tahap keempat adalah pada umur 38 - 45 tahun: Inilah tahapan atau fase yang tepat untuk memikirkan ulang pekerjaan yang seharusnya ditekuni. Pada phase ini biasanya orang mulai makin sadar akan pekerjaan yang seharusnya ia tekuni. Ini adalah fase yang kritis karena pada phase ini akan muncul pertanyaan, "Mau ke mana arah atau jalur karir yang akan ditempuh?" Pada fase ini persaingan ke posisi yang lebih tinggi semakin ketat. Peluang untuk naik ke posisi yang banyak membuat kebijakan strategis semakin kecil karena persaingan atau ada orang yang lebih hebat atau lebih cerdas dari Anda untuk menduduki posisi tersebut. Pada saat yang sama, Anda juga ingin merasakan keleluasaan untuk memberikan keputusan. Ada keinginan untuk membuat keputusan-keputusan yang lebih besar bagi perusahaan atau organisasi yang akan menambah kepuasan diri juga; ada self-actualisation meminjam istilah dari Abraham Maslow.
e)   Tahap kelima adalah pada umur 45 - 55 tahun: Bila seseorang lolos pada fase ke empat, biasanya ia akan semakin mantap pada phase ini, khususnya mereka yang memilih karir atau menemukan pekerjaan yang cocok dengan bakat dan talenta pribadinya. Karirnya akan semakin bersinar. Ada kematangan baik dalam jiwa dan dalam pekerjaan. Ia semakin mengerti tujuan perusahaan. Ia makin mengerti relasi dari organisasi dengan masyarakat luas. Namun, pada fase ini juga orang akan mulai mengalami kebosanan di pekerjaan kalau salah mengambil keputusan pada tahap kelima. Jangankan di fase ini, pada fase keempat pun orang sudah mulai merasakan kebosanan dalam pekerjaan. Gairah kerja hilang karena tidak ada keputusan berarti yang bisa dilakukan bagi perusahaan.
f)    Tahap keenam adalah umur 55 - 62 tahun: Orang-orang yang sukses melewati tahap ke empat dan kelima akan mengalami gairah kerja yang semakin bertambah pada fase ini. Kreatifitas muncul; ide-ide baru utuk memperbaiki organisasi melintas dalam pikiran. Vitalitas orang semakin bertambah dalam pekerjaan pada phase ini. 'Self-actualization' semakin matang dan mulai mempersiapkan diri utuk memasuki phase terakhir.
g)   Tahap ketujuh adalah 62 - 70 tahun: Pada fase ini orang mulai memikirkan bagaimana meneruskan karir yang sudah dibangun atau perusahaan yang sudah dirintis dan berjalan. Ia mulai memikirkan siapa yang akan menggantikannya di kemudian hari. Bila Anda kebetulan pada fase ini, Anda sudah harus memikirkan bagaimana agar apa yang sudah dimulai dan dikerjakan bisa diteruskan dalam track yang benar oleh penerus Anda

3. Memilih Pekerjaan Yang Cocok

a.      Karakteristik pribad.
Sebuah awal yang bagus adalah memilih ketertarikan apa yang kamu punya pada diri sendiri dan kemampuan. Penting untuk menyadari bahwa masing-masing dari kita berkualitas untuk banyak kedudukan yang berbeda.tidak hanya satu. Seperti olahraga athletic termasuk terbatas untuk sejumlah orang yang memiliki otot dan keahlian. Jadi kebanyakan pekerjaan memerlukan hanya beberapa keahlian spesifik atau karakteristik. Rahasianya terletak pada menemukan jenis pekerjaan yang memerlukan kekuatan tertentu yang anda miliki. Untuk memperluas kedua ketertarikan dan bakat kalian akan berubah dengan pengalaman dan waktu. Penelitian sudah menunjukkan kategori ketertarikan yang luas, seperti pada bidang obat-obatan. teknik atau bisnis, tetap stabil dari para remaja.(Campbell,1971). Jika kalian menyukai sesuatu pada saat anda belasan dan awal 20, kesempatan yang sama akan kalian
Tapi sudah temukan bahwa apa yang membuat berhasil biasanya mendemonstrasikan lebih tinggi daripada rata-rata skor ketertarikan, sementara siapa yang akan keluar nanti biasanya lebih rendah daripada rata-rata skor (Shertzer,1981).

b.     Karakteristik pekerjaan
Sekali memulai menjelajahi ketertarikan anda sendiri,kemampuan,dan nilai, kalian siap untuk mencari pekerjaan yang cocok dengan karakteristik pribadi anda. Dengan lebih dari 20.000 pekerjaan yang berbeda untuk dipilih,ini bukanlah tugas mudah. Untungnyam ada sumber buku untuk membati pencarian tersebut. Seperti yang banyak digunakan Dictionary of Occupational (DOT) dan Occupational Outlook Hand-book. Kedua buku direvisi secara teratur oleh pemerintah percetakan. Sebagai tambahan, berbagai macam pekerjaan sudah teratur pada dasar keluarga ataukelompok dari pekerjaan yang terkait. Masing-masing kelompok menunjukan tokoh 9-1 berisi ratusan pekerjaan yang terdekat.
Sebuah perangkat yang membantu untuk menemukan pekerjaan yang paling cocok untuk kamu adalah John Holland’s Self Directied Search For Vocational Planning. Yang mana dapat dikelola sendiri. Ini berdasarkan dari kenyataan bahwa manusia di bidang pekerjaan yang samasering memiliki sifat yang mirip,ketertarikan dan kebiasaan dalam melakukan sesuatu. Holland (1973) menggambarkan 6 dari jenis kepribadian bersama dengan lingkungan kerja mereka yang baik.
Setelah mencocokan sejumlah kegiatan,ketertarikan dan perkiraan kemampuan anda sendiri, kemudian menjumlahkan item untuk menemukan 3 jenis kepribadian yang paling menyerupai.kemudian pada pekerjaan yang terpisah penemu buklet, kalian mencocokan berbagai jenis kepribadian digabungkan dengan beberapa pekerjaan yang cocok. O’connel dan Sedlacek (1972) sudah menemukan Self-Directed search lebih handal dan sedikit membantu untuk perencanaan ketertarikan jurusan.

















REFERENSI :

Farmawi, M Farmawi dkk. Memanfaatkan Waktu Anak Bagaimana caranya?. Gramedia : Jakarta

Selasa, 19 Mei 2015

Self-Directed Changes




Minggu ke-14

Konsep dan Penerapan Self-directed change
Self-directed changes adalah sebuah teori yang mengajarkan tentang bagaimana kita bisa mengubah diri kearah yang lebih baik dari kenyataan hidup yang kurang mendukung.
Pendekatan coaching ini menggunakan teori Self-direct Changes yang berprinsip bahwa orang akan berubah hanya jika mereka :
1.       Merasa perubahan itu demi kepentingan mereka sendiri.
2.       Merasa tidak puas dengan situasi atau level kinerja kini (actual).
3.       Jelas mengenai situasi atau level kompetensi yang dikehendaki.
4.       Langkah-langkah tindakan yang dapat mereka jalani untuk bergerak sari situasi atau level competence actual menuju situasi atau level komptensi yang dikehendaki.

Beberapa tahapan self-directed changes yaitu:
1.       Menetukan control diri.
kontrol diri merupakan satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses-proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat di lingkungan yang berbeda disekitarnya. Para ahli berpendapat bahwa kontrol diri dapat digunakan sebagai suatu intervensi yang bersifat preventive selain dapat mereduksi efek-efek psikologis yang negative dari stressor-stressor lingkungan. Disamping itu control diri memiliki makna sebagai suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi.
Menurut Fujita dkk, kontrol-diri dapat ditingkatkan melalui beberapa cara berfikir yang saling berhubungan :
1.     Global Processing : mencoba fokus pada gambaran besar dari tujuan hidup atau cita-cita kita, sehingga setiap kegiatan atau tindakan kita dilihat sebagai bagian dari pencapaian tujuan akhir.
2.     Abstrac listening : mencoba menolak detil-detil dalam situasi khusus untuk membawa kita berfikir bagaimana tindakan kita sesuai dengan rencana kerja kita secara keseluruhan.
3.     High-level categorization : berfikir tentang konsep tingkat tinggi daripada keadaan yang khusus atau sesaat. Katagorisasi tugas dapat membantu kita untuk mengatur fokus dan mencapai disiplin-diri yang lebih besar.

2.   Menetapkan suatu tujuan.
Menetapkan tujuan adalah mengubah hal yang buruk menjadi lebih baik lagi. Kita harus menetapkan target unutk mempunyai hidup yang lebih baik lagi. Contoh: kita harus menahan keinginan kita untuk merokok mungkin kita bisa mengganti rokok dengan permen-permen pengganti rokok supaya mulut tidak terasa asam lagi, dan sebagainya.

3.   Menyusun konsekuensi yang efektif.
Struktur yang berlapis-lapis memang diperlu-kan agar beban kerja bisa didistribusikan secara efisien dan sistematis. Namun struktur yang kelewat tinggi dalam arti terlalu hirarkis me¬nyebabkan birokrasi tak lagi rasional. Terlalu banyak paperworkrang beredar dari satu meja ke meja lain sebelum ada pelaksanaan konkrit. Demikian pula laporan dari bawah lamban sekali mencapai tingkat yang sebenarnya harus me-nanggapi. Organisasi lantas sulit bereaksi terha¬dap berbagai situasi menantang. la stagnan dan tidak adaptif. Efisiensi dan efektivitasnya rendah.

4.       Menyaring anteseden perilaki
5.       Menyusun konsekuensi yang efektif
6.       Menerapkan rencana intervensi
Rencana intervensi kreatif memiliki beberapa bagian diantaranya :
a.      Intervensi kreatif.
Atas dasar ilmu pengetahuan yang ada. Pola ini dimaksudkan menciptakan suatu model intervensi berdasarkan atas ilmu pengetahuan yang ada. Dengan demikian konsultan berusaha menciptakan model intervensi yang kreatif dalam mengembangkan suatu ilmu pengetahuan yang ada dan yang dikuasainya. Umpamanya, konsultan mau menerapkan model tim bilding berdasarkan dari sisi ilmu pengetahuan lain. Maka konsultan mengembangkan model-model tim bilding dari sisi ilmu tersebut. Dari pengembangan model dari ilmu pengetahuan lainnya ini, maka akan diperoleh model intervensi yang lain dari sebelumnya. Dengan sendirinya suatu kesulitan yang mungkin timbul adalah usaha untuk menciptakan model baru ini. Setiap praktika konsultan akan diciptakan model baru yang berbeda dari model sebelumnya, kreativitas memang sulit akan tetapi menarik bagi yang menyenanginya.

b.     Penambahan atas teori dasar yang ada.
Dalam pola ketiga ini bentuk intervensinya memberikan tambahan kepada teori dasar yang sudah ada. Dengan kata lain konsultan menciptakan teori dan metodologi baru yang menambah, mengembangkan, dan memperbaiki teori dasar yang ada. Pola ini sebenarnya jarang dan sulit dilakukan oleh konsultan. Sebenarnya pola intervensi ini demanding, karena konsultan selain mengamalkan praktika konsultasi diapun melakukan riset di bidangnya. Sehingga mampu menemukan model-model baru. Suatu contoh yang sangat baik tentang pola ketiga ini ialah usaha-usaha yang dilakukan oleh Kurt Lewin yang terkenal sampai sekarang dengan sebutan action research.

7.   Evaluasi.
Evaluasi adalah melihat berapa besar kemajuan yang sudah kita lakukan untuk perubahan yang lebih baik. Pastikan setiap tahapan terpenuhi. Jika memang ada tahapan yang belum bisa terpenuhi lebih baik kita mengulang tahapan-tahapan tersebut agar tujuan dapat tercapai dengan baik.
Evaluasi proses pembelajaran merupakan tahap yang perlu dilakukan oleh guru untuk menentukan kualitas pembelajaran. Kegiatan ini sering disebut juga sebagai refleksi proses pembelajaran, karena kita akan menemukan kelebihan dan kekurangan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar proses dinyatakan bahwa evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan poses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:
a.      Membandingkan poses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses.
b.     Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru.



REFERENSI         :

Prihadi, F. Saiful. 2004.  Assessement  Centre. Identifikasi, Pengukuran, dan pengembangan kompetensi. Gramedia Putsaka Utama : Jakarta



Senin, 11 Mei 2015

Pekerjaan dan Waktu Luang




Minggu ke-13

A.      Penyesuaian diri dalam pekerjaan.
Menurut Schneiders (dalam Patosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk  mengembangkan mekanisme psikologi yang tepat . Sawrey dan Telford  (da lam Colhoun & Acocella, 1990) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai interaksi terus - menerus antara  individu dengan lingkungannya yang melibatkan sistem behavioral, kognisi, dan emosional.  Dalam interaksi tersebut baik individu maupun lingkungan menjadi agen perubahan.  Penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi yang kontiniu dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan dunia. Ketiga faktor ini secara konsisten mempengaruhi seseorang.  Hubungan ini bersifat timbal balik (Calhoun & Acocella, 1990).

Penyesuain diri dalam pekerjaan itu sangat penting, karena apabila kita tidak bisa menyesuaikan dengan orang sekitar kita, dengan teman, bawahan kita, atasan kita karena penyesuaian diri yakni kemampuan individu dalam mengahadapi perubahan yang terjadi dalam hidupnya, untuk mempertemukan tuntutan diri  dan lingkungan agar tercapai  keadaan atau tujuan yang diharapakan oleh diri kita sendiri dan lingkungan.

a.      Kepuasan kerja
Menurut teori siegel dan Lane (1982) menerima batasan yang diberikan oleh John Locke, kepuasan kerja yaitu “the appraisal of one’s job as attaining or allowing the antainment with or help fulfill one’s basic needs”. Secara singkat bahwa tenaga kerja yang puas dengan pekerjaannya merasa senang dengan pekerjaannya. Locke selanjutnya mencatat bahwa perasaan yang berhubungan dengan kepuasan atau ketidakpuasan kerja cenderung lebih mencerminkan penaksiran diri tenaga kerja tentang pengalaman-pengalaman kerja pada waktu sekarang dan lampau daripada harapan-harapan untuk masa yang akan dating.


Teori-teori kepuasan kerja diantaranya :
1.     Teori Pertentangan (Discrepancy Theory)
Teori pertentangan dari Locke menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan terhadap beberapa aspek dari pekerjaan mencerminkan penimbangan dua nilai : 1).  Pertentangan yang dipersepsikan antara apa yang diingkinkan seorang individu dengan apa yang ia terima, dan 2). Pentingnya apa yang diinginkan oleh individu.
2.     Model kepuasan bidang/bagian ( Facet satisfaction).
Model Lawler dari kepuasan bidang berkaitan dengan teori keadilan dari Adams. Menurut Model Lawler orang akan puas dengan bidang tertantu dari pekerjaan mereka (misalnya dengan rekan kerja, atasan, dan gaji) jika jumlah dengan bidang mereka persepsikan harus mereka terima untuk melaksanakan kerja mereka sama dengan  jumlah yang mereka persepsikan dari yang secara actual mereka terima.
3.     Teori proses bertentangan (opponent-Process Theory)
Teori proses bertentangan mengasumsikan bahwa kondisi emosional yang ekstrim tidak memberikan kemaslahatan. Kepuasan atau ketidakpuasan kerja (dengan emosi yang berhubungan) memacu mekanisme fisiologikal dalam system pusat saraf yang membuat aktif emosi  yang bertentangan atau berlawanan.

Dari batasan Locke diatas,juga dapat disimpulkan adanya 2 unsur yang penting dalam kepuasan kerja yaitu,
a)       Nilai-nilai pekerjaan
b)      Kebutuhan-kebutuhan dasar
Nilai-nilai pekerjaan merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan tugas pekerjaan.Yang ingin dicapai ialah nilai-nilai pekerjaan yang dianggap penting oleh individu.Dikatakan selanjutnya bahwa nilai-nilai harus sesuai atau membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar.Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja.


B.    Waktu Luang

Dalam  bahasa  Inggris  waktu  luang  dikenal  dengan  sebutan leisure.  Kata leisure sendiri  berasal  dari  bahasa   Latin   yaitu  licere  yang  berarti  diizinkan  (To  be  Permited)  atau  menjadi  bebas  (To  be  Free).  Kata  lain  dari leisure  adalah  loisir  yang  berasal  dari  bahasa  Perancis  yang  artinya  waktu luang (Free Time), George Torkildsen (Januarius Anggoa, 2011).

Berdasarkan dari George  Torkildsen dalam bukunya yang berjudul leisure and recreation management ( januarius Anggoa, 2011) define berkaitan dengan leasure antara lain :
a.      Waktu luang sebagai waktu (leisure as time )
Waktu luang digambarkan sebagai waktu senggang setelah segala kebutuhan yang mudah telah dilakukan. Yang mana ada waktu lebih yang dimiliki untuk melakukan segala hal sesuai dengan keinginan yang bersifat positif.  Pernyataan  ini  didukung  oleh  Brightbill  yang  beranggapan  bahwa waktu    luang    erat    kaitannya    dengan    kaitannya    dengan kategori discretionary  time,  yaitu  waktu  yang  digunakan  menurut  pemilihan  dan penilaian kita sendiri.
b.     Waktu luang sebagai aktivitas (leisure as activity)
Waktu  luang  terbentuk  dari  segala  kegiatan  bersifat mengajar  dan  menghibur  pernyataan  ini  didasarkan  pada  pengakuan dari  pihak The International  Group of the Social Science of Leisure, menyatakan bahwa: “waktu  luang  berisikan  berbagai  macam  kegiatan  yang mana  seseorang akan  mengikuti  keinginannya  sendiri  baik  untuk  beristirahat,  menghibur diri      sendiri,      menambah     pengetahuan atau      mengembangkan keterampilannya  secara  objektif  atau  untuk  meningka tkan  keikutsertaan dalam bermasyarakat.
c.      Waktu luang sebagai suasana hati atau mental yang positif ( leisure as end in itself or a state of being).
Pieper beranggapan bahwa:“Waktu luang harus dimengerti sebagai  hal  yang  berhubungan  dengan  kejiwaan  dan  sikap  yang berhubungan  dengan  hal-hal  keagamaan,  hal  ini  bukan  dikarenakan  oleh  faktor-faktor  yang    datang    dari    luar.    Hal    ini    juga    bukan    merupakan hasil dari waktu senggang, liburan, akhir pekan, atau liburan panjang.
d.     Waktu luang sebagai sesuatu yang memiliki arti luas ( leisure as an all embracing).
Menurut Dumadezirer, waktu luang adalah  relaksasi,  hiburan,  dan pengembangan    diri.    Dalam    ketiga    aspek    tersebut,    mereka    akan  menemukan  kesembuhan  dari  rasa  lelah,  pelepasan  dari  rasa  bosan,  dan kebebasan   dari   hal-hal   yang   bersifat   menghasilkan. Dengan   kata lain, waktu luang merupakan ekspresi dari seluruh aspirasi manusia dalam  mencari   kebahagiaan,   berhubungan   dengan   tugas   baru  etnik   baru,  kebijakan baru, dan kebudayaan baru.
e.      Waktu  luang  sebagai  suatu  cara  untuk  hidup  (leisure  as  a  way  of living)
Seperti yang dijelaskan oleh Goodale dan Godbye dalam  buku The Evolution  OfLeisure :  “Waktu luang adalah  suatu  kehidupan  yang bebas dari  tekanan-tekanan  yang  berasal  dari  luar  kebudayaan  seseorang  dan sehingga  mampu  untuk  bertindak  sesuai rasa  kasih  yang tak  terelakkan  yang  bersifat  menyenangkan,  pantas, dan  menyediakan sebuah dasar keyakinan.


2. Manfaat Mengisi Waktu Luang

Orang  yang  menggunakan  waktu  secara  efisien  akan  memperoleh banyak keuntungan, misalnya mereka dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat  waktu,  sehingga  ada  waktu  untuk  memulihkan  kebugaran  fisik  dan  mental, rekreasi, dan interaksi sosial.
Manfaat   mengisi   waktu   luang   yaitu   menurut   Soetarlinah   Sukadji (Triatmoko, 2007) yaitu: 
a)   Bisa meningkatkan kesejahteraan jasmani.
b)  Meningkatkan kesegaran mental dan emosional. 
c)   Membuat kita mengenali kemampuan diri sendiri. 
d)  Mendukung konsep diri serta harga diri.
e)   Sarana belajar dan pengembangan kemampuan.
f)   Pelampiasan  ekspresi  dan  keseimbangan  jasmani,  mental,  intelektual, spiritual, maupun estetika.
g)  Melakukan  penghayatan  terhadap  apa  yang  anda  sukai tanpa  tidak mempedulikan segi materi. Selain   itu  mengisi   waktu   luang   juga   berfungsi   sebagai   pemenuh kebutuhan sosial, seperti : 
a.      Meningkatkan daya kerja sehingga memacu prestasi dan produktivitas.
b.     Menambah konsumsi sehingga meningkatkan lapangan kerja.
c.      Mengurangi kriminalitas dan kenakalan.
d.     Meningkatkan kehidupan bermasyarakat.
Manfaat  mengisi  waktu  luang  bisa  dirasakan  bila  pemanfaatan  waktu luang  sesuai  dengan  kebutuhan.  Berikut  akan  dipaparkan  mengenai  manfaat pentingnya waktu luang untuk kesehatan jasmani, kesehatan rohani, sosialisasi diri dimasyarakat, kestabilan ekonomi, dan kesuksesan manajemen.
a.      Waktu luang untuk kesehatan jasmani
Dalam  hal  ini  dengan  waktu  luang  akan  bisa  menikmati  kesegaran
kembali,   sebagaimana   keadaan   urat   syaraf   bebas   dari ketegangan.
Pemanfaatan waktu luang untuk meningkatkan kesehatan diantaranya:
1.     Membiasakan berolahraga. 
2.     Makan makanan ringan yang akan memberikan semangat.
3.     Mengendurkan urat-urat syaraf dengan bersantai.
4.     Menjauhi  tempat  keramaian  yang  dapat  menimbulkan  kebisingan di sekitar tempat beraktifitas (Yusuf Michael As’ad, 2003: 19-20).

b.     Waktu luang untuk kesehatan rohani.
Seseorang bisa berinteraksi dengan dua obyek yaitu obyek ekstern dan obyek intern. Individu yang melakukan sesuatu maka akan berkonsentrasi pada realita luar yang memberi efek pada tindakannya tersebut. Jika hal itu terjadi   maka   seseorang   akan   mengalami   gangguan   jiwa.   Aktivitas kejiwaan  agar  individu  paham  dan  membiasakannya  sehingga  memiliki kesehatan yang baik, yaitu:
1.    Autokritik atau introspeksi diri.
2.    Memberi solusi terhadap problema dan hambatan.
3.    Menentukan  tujuan  yakni  menyusun  tujuannya  atau  tujuan  yang baru.
4.    Membuat rencana baru dan mengganti rencana lama.
5.    Mencari pengalaman baru (Yusuf Michael As’ad, 2003: 23-26).

c.      Waktu luang untuk sosialisasi diri di masyarakat Dalam   interaksi   sosial   baik   skala   individu   maupun   kelompok sebagaimana   membutuhkan   waktu   luang   yang   dapat   memperbaharui potensi dan kesiapan berinteraksi dengan  yang lainnya. Pentingnya waktu luang  yang  sesuai  dan  cukup  untuk  merealisasikan  keharmonisan  sosial dalam hubungan sosial, yaitu:
1.     Menilai  hubungan  sosial  dengan  mengevaluasi  yang  berkembang antara  dia  dan  orang  yang  ada  disekelilingnya  sesuai  dengan opininya.
2.     Menilai    strata    sosial    yang    dimiliki    seseorang    dalam satu komunitas.
3.     Memprediksi masa depan.
4.     Merencanakan masa depan.
5.     Menyiapkan  media  aplikasi  yang  sesuai  (Yusuf  Michael  As’ad, 2003: 31-34)

d.     Waktu luang untuk kestabilan ekonomi
Seseorang    yang    menggunakan    waktu    luang    maka    ia    dapat  mengevaluasi kondisi ekonominya, yaitu dengan mengevaluasi pemasukan dan pengeluaran serta menekan pengeluaran (Yusuf Mi chael As’ad, 2003: 39).
e.      Waktu luang untuk kesuksesan manajemen.
Waktu  luang  dipergunakan  untuk  berkomunikasi  dengan orang  lain,  bekerja sama dengan mereka, bersama-sama memikul tanggung jawab dan bangkit  bersama  mereka  akan  dapat  meminimalisir  ketegangan.  Waktu luang    dipergunakan  juga  menyusun  strategi  manajemen  baru  sehingga  bisa mengoreksi diri dan mengatur pekerjaan (Yusuf  Michael As’ad, 2003: 43).


REFERENSI

BUKU :
Suyonto, Ashar Munandar. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Universita Indonesia :  Jakarta

SUMBER :